8.30.2010

Part Dua yang Sempat Hilang.

Kalau ngga dipaksa teman, mungkin saat ini aku mustahil ada di Aula ini. Riuh, ramai, dan banyak degungan suara yang berasal dari banyak mulut dan membuat telingaku pengang. Orang-orang berseliweran dengan sibuknya yang aku sendiri bingung mereka menyibukkan apa. Temanku malah ngalor ngidul dengan kenalannya. Otomatis aku bengong sendiri, dan hanya bisa memutar bola mataku dengan jengah.

“eh, besok ikut diskusi umum yuk, di Aula Ibnu Katsir, mantep loh mentornya mahasiswa semua.“

Dan ya, aku menyesal karena akhirnya menjawab “iya deh“ untuk mengiyakan paksaan temanku itu. Dia datang ke rumahku tiga kali, pagi siang dan malam hanya untuk memaksaku ikut dengannya. Daripada tengah malam nanti dia masih saja datang untuk berkeras kepala, maka lebih baik kuturuti saja maunya.

“Tau gini mending gw nonton film korea deh!“. Tentu saja aku tak bisa berhenti merutuk karena si teman masih dengan santainya mengabaikanku. Sesekali melambaikan tangan meyuruhku bergabung, tapi otakku memerintahkan semua sendi kakiku untuk tetap ditempat. Ku buka modul hitam putih yang tadi dibagikan panitia, ‘Menantang arogansi Amerika ala Evo Morales, Ahmadinejad, dan Hugo Chavez. Bisakah Indonesia menerapkan?‘. Oooh my God!! Jengahku makin menjadi-jadi. 2 jam aku akan terjebak dengan kemonotonan ini. Membicarakan sesuatu yang menurutku takkan ada ujungnya dan lagi-lagi hanya akan berhenti pada garis yang nihil.

Niat dan tekadku untuk kabur dari keabstrakan ini hampir saja bulat, kalau saja tidak melihat secarik kertas kecil yang terselip di modul tadi. “Kupon makan siang, berlaku untuk satu orang”. Aha! Ternyata masih ada oasis di tengah kegersangan dilemma yang daritadi memerangkapku disini. Baiklah, untuk sementara aku menyerah dulu. Mungkin sampai jam makan siang nanti usai. Senyumku mulai terasa lepas dan lega, akhirnya ada juga yang ku tunggu disini. Haha…

Dengan keceriaan yang tiba-tiba muncul entah darimana, aku membolak-balik lagi modul yang kini serasa ringan untuk kubaca. Tiba-tiba mataku langsung terpaku pada satu nama salah satu mentor, satu nama yang langsung membawaku pada pusaran ingatan tentang perjalananku sebulan yang lalu di bis itu. Satu nama sama yang juga tergores di sudut kiri sebuah buku yang berjudul Biografi Ahmadinejad. Nama itu yang membuatku selalu berdebar, menyesal dan merindu selama sebulan ini. Aku mengerjap tak percaya, benarkah? Benarkah dia atau nama itu memang nama yang yang pasaran?

Moderator membuka acara dengan cepat dan simple, memperkenalkan mentor-mentor yang akan membawa diskusi ini selama beberapa jam kedepan. Mataku tambah membulat ketika melihat sosok lelaki itu, berkemeja hitam, rambutnya yang masih setengah gondrong namun tertata rapi, jam tangan hitam besarnya yang tetap kokoh, dan tentu saja, hidung terbagus yang pernah kulihat masih bertengger di wajahnya yang menarik. Dan itu memang dia, yang namanya selalu ingin kusebut.

***

Tentu saja aku masih ingat dia, lewat layar dua dimensi komputer dirumah, pada akun Friendster yang dulu sempat saling bertukar. Tapi ternyata aku hanya bisa melihatnya disitu saja. Tak ada kata selanjutnya, selebihnya, atau bahkan selain itu. Aku megiriminya email sebanyak delapan kali dan tak pernah ada balasan. Walaupun mungkin dia juga bingung harus membalas apa untuk emailku yang sangat ngga penting dan konyol-konyol itu. ‘hai ka, kapan naek bis lagi ?’, ‘bukunya monoton bikin boring. Ntar-ntar kasih komik doraemon aja ya !’, ‘kalo naek bis bawa cemilan dong..kan enak ngobrol sambil ngemil‘, ‘ka idungnya dapet darimana dah, ko bengkoknya alus banget kaya di amplas..‘, ‘diharapkan kepada para mahasiswa untuk belajar yang rajin...‘.

Kecuali, pada satu waktu pukul 23.00 hari Rabu, duabelashari setelah pertemuanku dengannya. Satu inbox di emailku darinya itu membuatku tak bisa berhenti senyum, berhenti bermimpi, berhenti untuk menyebut namanya berulang-ulang dengan ketidaksadaranku dan berhenti mengejar sosoknya dibayanganku. Cerita tentangnya yang tadinya ku anggap hilang jadi terangkat lagi di permukaan.

‘Ada gadis yang aneh, sendirian di bis, ngga bisa duduk diam dan membuatku sedikit jengah. Daripada dudukku jadi ikut tak nyaman, aku basa-basi menawarkan buku yang kubaca agar dia sedikit tenang. Dan memang dia jadi sedikit tenang. Padahal aku tau dia hanya membacanya secara basa-basi juga. Ternyata ketika gadis itu tersenyum, aku merasa harus menyapanya dan bertukar cerita ringan tentang kemasing-masingan kita. Gadis yang cukup aneh dan unik, sangat menarik, ceritanya mengalir dan membuat perjalananku serasa hanya 2 menit untuk sampai tujuan. Oke gadis, semoga bisa ketemu lagi nanti. Jangan ragu untuk menyapa kalau aku lupa menyapa. Hehehe… DB .‘

Setiap hari email itu pasti selalu ku baca, lebih dari dua kali. Akun Friendsternya apalagi, sampai aku hapal di luar kepala tentang profilnya. Seperti orang bodoh aku yakin sekali suatu saat akan bertemu lagi dengannya. Dan nekatku bertekad, pasti akan ku kejar kalau ku temukan dia nanti. Kalau aku dan dia bertemu lagi, dimanapun itu.

Maka di Aula itu, setelah moderator menutup acaranya, dan mempersilahkan para mentor yang pintar-pintar itu meninggalkan mimbar, aku langsung beranjak tergesa mengejar lelaki itu. Dia bilang jangan ragu menyapanya kalau dia lupa menyapa, maka untuk yang satu ini aku punya alasan. Sebelum aku memanggil namanya, lelaki itu keburu berbalik dan melihatku yang terengah-engah menghampirinya, matanya membulat, senyumnya mengembang. Aku pura-pura tak melihatnya padahal jelas-jelas dia melihatku mengejarnya. Aku ingin dia yang menyapa duluan, ingin dia tak lupa untuk menyapaku.

”Hei gadis aneh! Nongol disini juga ternyata… Ga salah deh ni firasat bilang bakal ada kamu.. hehehe.. Ayo makan siang bareng, aku mau jawab kenapa idungku bengkoknya bagus… Sekalian mau ngasih komik doraemon nih !”




*Aula Ibnu Katsir, Pusdiklat. Untuk mengejar yang hilang, aku berani terengah-engah*

(Sambungan Ini Part Satu-ku) Masih bersambung..



3 comments:

  1. Salam kenal Sis...Wah, asik juga baca alur'y. D tunggu sambungan'y...

    ReplyDelete
  2. Salam kenal juga... :)
    waah ane lagi dikampung ni,, jadi belom sempet ngepost lagi.. hehe
    makasih ya..

    ReplyDelete
  3. alooo .. tetep semangat ngeblognya.. ^^v

    ReplyDelete

Pembaca yang baik, pasti meninggalkan komen, kripik dan saran..