5.16.2010

Pada cermin yang salah

Aku melihat cermin temanku yang besarnya seukuran badan, wow besar.. tapi disana sedikit buram dan banyak bercak-bercak (mungkin karena umur cerminnya yang udah tua atau kurang terawat). Untuk melihat pantulanku pun sedikit ngga jelas. Aku berpaling ke si pemilik cermin, "gantilah cerminnya, ngga enak buat ngaca. Mana jelas kalau cerminnya agak burem begini.."
Temanku tertawa, dan mengelus permukaan cerminnya dengan sedikit bangga, "biarin, justru karena burem jadinya ngga terlalu keliatan jerawatku, noda-noda di wajah, atau apa kek yang jelek-jelek di badanku..".
Aku ikut nyengir, ternyata ada satu lagi manusia yang cukup aneh yang aku kenal. Tanpa sadar, aku jadi penasaran dengan kata-katanya. Agak jauh di depanku berdiri refleksi diriku, aku mengamatinya dari kepala sampai kaki. Haha... ternyata bener, tai lalat di pipiku pun jadi ngga terlalu mencolok karena di bagian wajahku yang lain ada bercak-bercak dari cermin yang ikut terlihat. Dan karena si cermin agak burem, bayangan diriku agak sedikit bias dan anehnya mataku seperti ikut termanipulasi! "kekurangan-kekurangan"ku jadi ikut terbiaskan dan aku sama sekali ngga ingin berkomentar, "ih wajahku banyak nodanya,, ih bagian tanganku gendut banget... bla dan bla... "
"Yaa dia jadi penasaran... bener kan, kalo ngaca pake cerminku itu jadi ga banyak komentar..."
Lagi-lagi aku cuma bisa nyengir (plus) sedikit membenarkan. Kadang di cermin itu emang banyak setannya, bikin betah lama-lama di depannya cuma buat matut-matut diri atau ngeluh kekurangan-kekurangan di badan.
***
Temanku telat masuk kuliah, dan memang bukan dia namanya kalo ngga telat kuliah. Setengah jam setelah dosen masuk kelas, temanku baru datang. Begitu dia masuk kelas, teman-teman sekelasku langsung tergelak. Baju oh baju yang dia pakai ternyata terbalik! Sukses memperlihatkan label baju dan segala noda-noda "kuning-keringat" di baliknya! Temanku yang pemalu itu langsung berlari lagi keluar kelas, dan jam-jam berikutnya dia ngga datang lagi. Ketika aku main ke kamarnya, ternyata cermin usangnya sudah berganti. Yang ada sekarang adalah cermin-super-jelas yang sepertinya 'high quality mirror'. Bahkan dari jauh pun aku bisa melihat bekas jerawat di dahiku.
"Kapok.. ternyata aku ngaca pada cermin yang salah. Niatnya biar ngga banyak ngeluh sama badan, malah kejebak sendiri. Emang salahku sih tadi kesiangan n buru-buru, tapi kalo aja ngga ngaca di cermin jelek itu, aku ngga mungkin dapet malu gara-gara baju kebalik. Padahal tadi aku dah ngaca 2 kali loh...."
Dan aku pun hanya bisa tersenyum.
***
Yang di atas hanya ilustrasi fisik. Intinya sih, bukan masalah "kekurangan di badan" yang mau di omongin.
Adalah hal yang menurutku salah, ketika kita tahu dan menyadari kekurangan-kekurangan kita, tapi kita malah bersembunyi dari itu semua atau bahkan terbenam begitu saja.
Kekurangan bukan cuma harus diterima dengan apa adanya, tapi kekurangan punya space yang disediakan untuk diperbaiki dan dicari kelebihannya. Bukannya malah bercermin pada hal-hal yang bisa mengkamuflasekan kekurangan tersebut menjadi hal yang tidak penting dilihat dan harus diterima apa adanya begitu saja. Jangan cukup puas terhadap apa yang hanya tampak di mata kita, karena banyak kelebihan lain yang bisa kita temukan.
Berkacalah pada cermin yang jelas, akui kekuranganmu, cari space untuk mencari kelebihan dan memperbaiki.. and TARAA... it's new me!

(Terserah sih mau menyimpulkan pelajaran apa dari ilustrasi cerita di atas.. Yang pasti aku ingin akhir kesimpulan itu adalah sesuatu yang positif.)



5.15.2010

Berdiri, berlari! Berdiri dan berlari!!!

Kadang, ada rasa lelah yang tersampir...
Ada rasa menyerah yang berdesir..
Kalau saja aku tak ingat,, bahwa aku masih memiliki tangan..
kaki..
dan akal untuk berpikir..
Aku malu untuk berhenti..
Aku malu untuk terlunglai..
Walau tanpa daya, aku masih ingin berlari.

Selama masih ada tanah untuk berjejak
dan waktu yang masih senang berkejaran denganku
Aku tak ingin berhenti.
Dan jangan.
Jangan biarkan aku kalah.

Jangan biarkan titik mengakhiriku.
Belum waktunya jatuh tempo,
aku masih ingin terus berdiri dan berlari.





5.14.2010

And Jason Mraz and Paramore and MUSE

"And it takes no time to fall in love
But it takes you years to know what love is
It takes some fears to make you trust
It takes those tears to make it rust
It takes the dust to have it polished"
(Life is Wonderful, Jason Mraz)






"How much pain has cracked your soul?
How much love would make you whole?
You’re my guiding lightning strike

I can’t find the words to say,
But they’re overdue,
I’ve traveled half the world to say,
I belong to you"
(I Belong To You, MUSE)



"Don’t know what I want
But I know it’s not you
Keep pushing and pulling me down
But I know in my heart it’s not you.."
(I Caught My Self, Paramore)

Karena hidup di rancang untuk mencoba

Skeptis, pesimis, atau bahasa halus yang berinti pada ketidak-pedean.
Hal yang kadang sepele namun melekat, tidak diakui namun tampak, dan seharusnya tidak ada tempat untuk itu.
Hidup dirancang untuk mencoba (berusaha), bukan untuk di angan-angankan saja.
Ada yang kita kejar, ada yang kita tunggu, dan ada yang kita inginkan.
Di tengah jalan itu ada proses, ada petunjuk yang berarah pada tujuan yang ingin kita capai.
Apapun kekurangan, pasti berdampingan dengan kelebihan.
Benar-benar ngga ada tempat untuk tiga sekawan itu kan?
Mencoba mencoba mencoba, biarlah dengan sedikit keluhan.
Karena itu menandakan, ada keringat yang menunjukkan usaha.
Mencoba itu sama dengan belajar.
Dan karena hidup dirancang untuk mencoba.