4.10.2011

Sang Pemimpi

Tuhan tahu, tapi menunggu
Ingin melihat dulu sebaik apa kita menjadi pemimpi yang baik
Karena pemimpi yang baik adalah yang tak perlu malam untuk terpejam
Dan tak perlu pagi untuk terbangun
Atau menunggu terlelap untuk merangkai abstrak menjadi konkret

"Siapalah aku berani mimpi seganjil itu?
Tuhan memenuhi janji.
Bahwa semesta akan memihak pendoa yang berkeingin keras."
Wulan Ramdhani


Karena seorang pemimpi itu bukan pengkhayal yang berpangku tangan
Digenggamannya selalu ada kepingan puzzle, bakal calon sebuah mozaik indah yang akan utuh
Mungkin menjadi pemimpi memang tidak semudah menjadi pengkhayal
Mungkin menjadi pemimpi membutuhkan keberanian dan kegilaan
Mungkin menjadi pemimpi harus memiliki keyakinan didepan refleksi yang akan tercipta nanti
Dan menjadi pemimpi tidak semudah memejamkan mata lalu terlelap dengan segera
Menjadi pemimpi adalah pertanyaan untuk menjawab akan menjadi apa kita nanti

"setiap mimpi seperti bayi
memiliki takdirnya sendiri-sendiri
kadang, manusia memilih jadi Tuhan dengan mengakhiri terlalu dini"
Gietha 'neng' Lestari

Karena pemimpi adalah petualang dan pejuang
Bukan hanya sekedar pendaman keinginan tanpa adanya pengutaraan
Semesta selalu menunggu pengutaraan
Semesta membutuhkan peluh dan keringat sebagai persembahan selain doa
Semesta pun membutuhkan mimpi dan pemimpi

“Kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu! Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati.”
Arai


Pemimpi tak akan berhenti walau terjeda mimpi yang buruk
Pemimpi tak pernah mempunyai tangga, tapi pemimpi memiliki banyak balok untuk disusun
Di tengah kemiskinan realita, pemimpi selalu kaya dengan logika
Karena hidup berawal dari mimpi, keringat, dan keinginan
Ingat, Tuhan tahu, tapi menunggu
Selamat berjuang para pemimpi yang baik


"bangun kembali menara babel
bermimpilah yang manis"
Soemantri Gelar











*Terimakasih untuk semua inspirasi-inspirasinya, semoga menjadi pemimpi yang tangguh

Bahwa ketololan saya adalah terlambat GILA.

Bahkan, kadang saya iri melihat kehebatan mereka
Setengah mengatup mulut dan bergumam sedikit salut, "keberuntungan selalu berbaik hati pada mereka, tapi tidak dengan saya"
Bisa apa saya? Saya hanya bisa bicara sebaris dan diam dua baris
Saya seorang skeptis yang terlalu pragmatis
Energi saya selalu penuh karena saya belum berbuat apa-apa, kecuali bicara sebaris dan diam dua baris
Padahal saya adalah pemimpi yang terlalu muluk-muluk
Menghabiskan waktu dengan kontemplasi yang selalu berujung buntu
Berharap rombongan urban membawa saya bereksodus
Jauh... jauh menyebrangi antariksa yang konon garis batasnya masih taksa

Lagi-lagi, saya adalah pemimpi dan pengkhayal buruk yang terlalu muluk-muluk
Lagi-lagi, hanya bisa bicara sebaris dan diam dua baris
Siapa sih saya? Hanya seseorang yang gemar menamai planet terpaten dengan label sesuka-sukanya
Yang bercincin itu, namanya planet Tajir. Yang paling kecil itu, namanya planet Prematur, dan yang paling dekat dengan bumi, itu namanya planet Anus.

Lagi-lagi... hanya bisa menggambar garis kasar di buku sketsa, memandanginya barang dua menit lalu membenamkannya pada dasar dus di sudut kamar
"orang lain begitu lihai menggores, sepertinya mudah, tetapi saya tidak pernah bisa"

Lagi-lagi... memenuhi folder arsip tulisan yang bahkan setelah SAVE AS masih saja bingung untuk menjudulinya, selalu terjebak dengan angan-angan ending yang bombastis
"lalu kapan tulisan-tulisan ini bisa segera terbit dengan nama pena yang bahkan telah dibuat jauh hari sebelum saya menyadari bahwa saya senang menulis?"

Lagi-lagi... selalu berakhir dengan mengelus dada yang sesak ketika nafas terjeda untuk serangkaian aba-aba dari sang pelatih futsal, selalu terinterupsi nyeri dan terengah,
"rehat, napas saya tidak sampai, kontrol saya buruk, penglihatan saya kabur diblurkan refraktif miopi hingga sulit mendeteksi arah"

Dan lagi-lagi saya hanya bisa bicara sebaris dan diam dua baris
Apa yang saya sukai selalu berparadoks tanpa sintesis
Mencari kambing hitam atas ketidakmampuan dan mendewakan alasan yang menjadi tumpuan
Ternganga melihat karya-karya cantik dari tangan-tangan lentik
Membelalak melihat mereka yang menari gemulai di pita finish

Lalu bagaimana, bagaimana dengan mereka yang berpaham teoritis?
Apakah mereka berhasil membeludrukan kanyataan dari sekedar selembar katun teori?
Mencomot kutipan-kutipan maha dahsyat dari tokoh populer yang menjadi sumber inspirasi multifungsi
Untuk falsafah, untuk gengsi, untuk panduan, semua saling sulang tinggi-tinggi
Saya berlatah mencari untuk kutipan yang paling berlimpah misioner
Bukan dari seorang pemikir, atau seorang filsuf, atau seorang penemu, atau seorang legenda,
tapi hanya dari seorang tokoh rekaan antagonis yang lahir dari rangkaian imajinasi

"madness, as you know, is like gravity. All it takes is a little push!"
The Joker
(kegilaan, seperti yang anda ketahui, adalah serupa gravitasi. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit dorongan!)

Baiklah, baiklah, saya memang dan mungkin berkemampuan minimalis
Mau saya banyak, mimpi saya menjulang
Tetapi saya ternyata kurang 'gila'
Kurang gila untuk terus berusaha menyenggamakan keinginan dengan kemampuan-serba-terbatas agar lebih bersintesis
Karena bakat tak pernah ada dan tak akan ada, yang ada hanyalah kegilaan
Dan saya setuju bahwa saya memang harus gila, bukan hanya seperempat, sepertiga, atau setengah gila untuk semua elemen yang akan menjadi badge saya
Bukan hanya untuk sekedar menggores, menulis, atau berpeluh-keringat-seorang-atlit saja yang mengharuskan saya gila
Akan tetapi saya juga harus berani gila mengejar waktu dan kehidupan yang kini tak lagi merangkak, namun telah berlari
Dan cukuplah saya mengakui bahwa ketololan saya adalah terlambat 'gila'

Mereka yang saya anggap hebat itu, akan saya kejar dalam diam-diam yang tak lagi dua baris
Hingga saya tidak lagi berdiri sebagai tukang tepuk tangan plaudis dibelakang garis
Mungkin nanti bukan hanya merubah nama-nama planet yang terpaten, tapi juga menemukan planet baru bersertifikat dunia atas nama saya.




*Sepertiga malam, di ruang sunyi, ditemani 2 stimulan; segelas kafein dan pesan pendek dari yang tersayang (Sg2011)