9.28.2011

Dari seberang rel kereta


Dari celah yang menyelusupkan angin, sedikit kering,
angin yang datangnya enggan berangkat
Melihat sedikit ke celah jeruji dan hanya kotak-kotak yang bergerak
di jalur abu-abu yang tak pernah sunyi
Seperti gerak lambat dalam frame, seperti intipan melalui milimeter lensa
Waktu bukan lagi malas bergerak, tapi juga malas merayap dan merangkak
Diam dan bergeming menjadi pilihan yang paling tak boleh di undi
Marah pada suara gemuruh sayap burung besi yang tak izin untuk lewat,
di utara yang membiru
Botol-botol tanpa isi digulirkan kembali untuk membuang menit detik yang makin pongah

Dari seberang rel kembali menatap kosong,
pada ruang yang telah lama menyisakan dingin berkepanjangan
Dari seberang rel kembali tegap tanpa gerak,
stasiun masih jauh,
berdiri bukan untuk menunggu kereta,

tapi menunggu datangnya jeda.






Lenteng Agung, 28 September 2011
dari seberang rel kereta.




3 comments:

  1. seharusnya bersyukurlah,. karena nyata itu bukan hanya menyentuh tapi, nyata dalam kepalamu, sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang takberwujud kasat karena mereka dipercaya ada.

    sedikit meyeramkan namun tentunya bukan hanya rintihan yang perih tanpa pamrih,
    karena sebenarbenarnya rasa itu bukan hanya milik sendiri, mencoba berbagi bukan berbagi kesah,.

    ketika saya membaca saya menjadi sangat takut saya pun pernah menjadi demikian,.

    jedak? harusnya mungkin demikian ketika saya membaca ini,. kehilangan untuk dicintai bukan dihakimi (take line klan apa yah) sedikit serbuk yang dipahami saling mungkin sedikit membuat terbang lagi tanpa gravitasi

    ReplyDelete
  2. mulai sedikit terkena virus perekam suarabergambar. rupanya benar sekali gramsci hegemoninya mulai bereaksi,..

    hampir serupa dan sedikit tidak seru,.

    ReplyDelete
  3. karena memang sadar meyerupakan hidup,. !!!

    ReplyDelete

Pembaca yang baik, pasti meninggalkan komen, kripik dan saran..