Selamat tersublim di Phantasmagoria. Ada yang bisa saya bantu? Tentu saja saya hanya berbasa-basi. Silahkan urusi diri sendiri.
3.18.2012
Empat puluh delapan jam, satu, dua...
Membelok sebentar.
3.15.2012
3.07.2012
em.
Selalu.
2.20.2012
Merindu
Semalaman merindu, sauh yang terlepas belum juga menampakkan jarak
Sedang apa disana? Pasti kau pun sangat merindu
Masih ingat dengan permainan pareidolia kita?
Tentang kelinci-kelinci bulan?
Sejenak aku menangkap tanyamu, sedikit getir,
'mengapa kita terjauhkan dari dermaga?'
Mungkin ya, dermaga kita berbeda
Disini dermaga kita, jauh dari rimbun hutan dan pasir putih yang berkilau
Tapi dermaga kita selalu bermandi cahaya
Walau cahaya ungu bernada sendu, tapi itu bukan dari Hungaria
Itu cahayamu, cahaya yang kau suka
Semalaman merindu, merindu semua jejak yang kau buat
Segera kembali dan tantang lagi dengan berani,
tentu saja, karena kita tidak menghamba pada yang tak ramah
kita bukan orang-orang kalah
Semalaman merindu, maka kuputuskan berbincang dengan Neruda
Ia menyisipi kertas usang dan segenggam makna,
kuputuskan,
ini untukmu..
Kasihku, berapa banyak jalan harus kutempuh untuk mendapatkan ciuman,
berapa kali aku tersesat kesepian sebelum menemukanmu!
Kereta kini melaju menembus hujan tanpa diriku.
Di Taltal musim semi belum kunjung tiba.Tapi aku dan engkau, kasihku, kita bersama-sama,
bersama dari pakaian hingga tulang,
bersama di musim gugur, di air kita, di pinggul,
hingga akhirnya hanya engkau, hanya daku, kita berdua.Bayangkan betapa semua bebatuan itu diangkut sungai,
mengalir dari mulut sungai Boroa;
bayangkan, betapa bebatuan itu dipisahkan oleh kereta dan bangsaKita harus saling mencinta,
sementara yang lainnya semua kacau, laki-laki maupun perempuan,
dan bumi yang menghidupkan bunya anyelir.(Soneta, Pablo Neruda)
Selatan Jakarta, 21/02/2012
2.07.2012
Melancho(holic)
Murung itu sungguh indah, melambatkan butir darah...
Lalu, melancholia datang tanpa permisi, ga pake ngetuk, apalagi basa-basi..
Daripada nelangsa, kulangkahkan kaki kepersinggahan favoritku
Suasananya remang tapi bukan warung remak-remang
Banyak orang terkotak-kotak disana,
Mereka menggodaku, semua dan serempak
Keyes, King, Christhie, Sheldon, Albert, Pram, Stephany, Dee, Rusli, Muis dan lainnya mengerubungiku
Minta digoda dan dijamah
Bahkan mungkin juga minta diperkosa
Maaf, aku hanya bisa memerkosa kalian satu dulu, atau mungkin beberapa
Itu pun kalau aku kuat
"ah, tapi kamu selalu kuat."
Kata C.S Lewis, si Anglo-Irlandia
Maaf Lewis, malam ini aku tak tertarik denganmu.
Aku meraih Claudia, tapi tiba-tiba Calon Arang berteriak dari ujung sana,
"Binal!!! Aku hanya kau lirik, dasar nista!!"
Ah, si dukun itu, nantilah, kau sudah berkali-kali kubaca
Aku tetap meraih Claudia, si pasien rumah sakit jiwa yang cerdasnya tiada tara
Lalu, disana kami bercerita sambil sesekali saling mengelus punggung tangan
Aku biasa saja,
Claudia tidak biasa.
Respon tubuhnya terasa sedikit bergetar.
"Claudia, santai, aku hanya ingin kita berbagi murung."
Claudia tersenyum miring dan meredam hasratnya yang belok.
"Kalau kau murung, apa yang kau perbuat?"
Claudia memperlihatkan pergelangan tangannya, "self injury. Asik, nikmat."
Ada berpuluh goresan panjang mengerikan berwarna merah muda disana.
Aku menatapnya sok wajar, padahal dari ujung rambut sampai ujung vagina, sangatlah terasa ngilu.
"Kamu?"
Aku mengangkat bahu, "banyak. Bisa menyendiri, bisa menulis, bisa mencipta lirik lagu, bisa membenamkan kepala lama-lama di dalam bak, bisa konsentrasi membuat kentutku bersuara lebih baik.."
Claudia memutar bola matanya, "membosankan."
"Kalau kau senang, apa yang kau ekspresikan?"
Claudia bertanya tentang 'senang'.
Tahukah, yang biasa dipertanyakan seseorang adalah yang jarang mereka rasakan.
"Wajahku jadi mirip si Margareth."
Margareth si periang yang berseri.
"Hanya itu saja?"
Cemooh, sarkas, tapi penasaran.
Aku menatapnya prihatin, "Buatlah jadi merasakan."
Aku terdiam, kami terdiam.
Strawberry smootiesh tidak ikut diam, ia berteriak minta dicicip.
Inilah yang namanya menikmati murung, bagaimanapun caranya.
Malam ini hanya aku dan Claudia.
Nikmatilah saja kegundahan ini
Segala denyutnya yang merobek sepi
Kelesuan ini jangan lekas pergi
Aku menyelami sampai lelah hati
(Melancholia, Efek Rumah Kaca)