Sekarang ia tahu rasanya jadi pecundang, pecundang yang
bahkan menyadari dengan baik bahwa dirinya adalah pecundang. Sementara matanya
selalu bergerak melihat orang lain berlari dan mencapai garis finis, menggapai
apa yang sudah mereka tentukan untuk diraih, sedangkan ia sendiri memilih duduk
dan menonton di pinggir jalan.
“hei pecundang, apa yang kamu lakukan?”
Bahkan setelah ia bersusah payah menyeret bangku tua itu ke
pinggir jalan, orang-orang masih saja bertanya tentang apa yang tengah ia
lakukan.
Apa yang aku lakukan katamu? Kau gunakan untuk apa kedua
bola matamu itu?
Orang-orang keparat.
***
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik, pasti meninggalkan komen, kripik dan saran..