10.22.2013

#3 Distopias



Kamu baru saja pergi tanpa menutup pintu,
meninggalkan sajak yang berbaris di tembok, serupa prasasti.
Kamu membekukan segala dimensi,
meninggalkan jejak antara diameter ruang dan durasi waktu,
di interval degup jantung yang tak keruan.
Ada ayat kepedihan yang terukir di tembok api.
Ada desir yang berhenti di nadi.
Lalu dalam puisi aku terlebur dengan delusi,
meraba kegelapan yang mengendapkan realitas dan fantasi.
Terlalu cepat kutenggelam dalam euforia.
Dan netra di hati yang terjebak di distopia.

Aku menjadi penjahat di setiap doamu.
Enggan mengejar tanpa sepatu.
Tak pula kututup pintu,
dan aku menatapmu pergi jauh hingga membeku,
serupa batu.






No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik, pasti meninggalkan komen, kripik dan saran..